Articles

FOOD WASTE: FENOMENA YANG TERLIHAT KECIL TAPI MAMPU MERUSAK BUMI

Di tengah krisis iklim dan ketimpangan pangan global, Indonesia menjadi salah satu penghasil sampah makanan terbesar di dunia. Food waste bukan hanya soal limbah, tetapi tentang hilangnya sumber daya, kerugian ekonomi, emisi gas rumah kaca, dan ancaman serius terhadap ketahanan pangan. Diperlukan edukasi, kebijakan yang tepat, dan transisi menuju ekonomi sirkular agar konsumsi lebih berkelanjutan. Artikel ini mengulas fakta-fakta penting, mulai dari dampak food waste terhadap perubahan iklim, jejak karbon dari produksi pangan, hingga paradoks sosial soal kebiasaan membuang makanan. Yuk, pahami kenapa masalah ini penting, dan bagaimana langkah kecil kita bisa membawa perubahan besar.

Di era globalisasi, kondisi lingkungan yang semakin memburuk dapat menimbulkan berbagai permasalahan baru. Salah satu permasalahan yang banyak terjadi adalah terkait sampah. Jumlah penduduk yang semakin meningkat sebanding dengan meningkatnya komposisi dan volume sampah (Fernandez dkk., 2024). Sampah makanan tetap menjadi isu yang memprihatinkan di seluruh dunia karena dampak negatifnya. Produksi sampah makanan meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup manusia, yang dapat menyebabkan hilangnya sumber daya, meningkatnya pencemaran lingkungan, dan juga emisi gas rumah kaca (Zuhra dan Angkasari, 2023).


Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara yang menghasilkan sampah makanan paling banyak. Berdasarkan United Nations Environment Programme (UNEP) melalui laporan Food Waste Index Report 2024, Indonesia menghasilkan sampah makanan (food waste) sebanyak 14,73 juta ton per tahun. Menurut data dari Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) dari total 34,21 juta ton timbulan sampah yang dihasilkan pada tahun 2024, sebanyak 39,25% merupakan sampah sisa makanan. Badan Pangan Nasional menyebutkan jika jumlah sampah makanan yang dihasilkan di Indonesia, seharusnya dapat menghidupi 29-47% populasi rakyat Indonesia. Melalui gerakan selamatkan pangan, diharapkan pemanfaatan pangan dapat dilakukan secara efektif.

Pengelolaan sampah masih menjadi kendala terbesar dari jumlah food waste yang dihasilkan. Pengelolaan sampah menjadi kegiatan yang dilakukan oleh entitas yang harus dibarengi dengan kemampuan dan pengetahuan. Dikarenakan masih banyaknya praktik pengelolaan sampah yang kurang tepat mengakibatkan wabah epidemi yang berujung kematian. UU Nomor 18 Tahun 2008 telah menerangkan bahwa pengelolaan sampah dilakukan secara sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan.


Dunia nantinya tidak akan mampu untuk memenuhi permintaan dari manusia apabila makanan yang seharusnya menjadi konsumsi justru menjadi sampah (Nizmi dkk., 2025). Food waste membawa dampak besar di beberapa aspek kehidupan, seperti dampak terhadap lingkungan, sosial, dan juga ekonomi (Asri dan Handoyo, 2024). Ditinjau dari aspek lingkungan, food waste dapat membebani sistem pengelolaan limbah, menjadi sumber emisi gas rumah kaca, penyumbang utama perubahan iklim, dan mampu menyebabkan kehilangan sumber daya dan keanekaragaman hayati (Suryana dkk., 2023).

Indonesia menghadapi permasalahan food waste yang cukup tinggi. Isu food waste menjadi bagian dari target tercapainya SDGs (Sustainable Development Goals) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Menurunnya food waste berdampak pada meningkatnya ketahanan pangan, meningkatkan konsumsi berkelanjutan dan penggunaan sumber daya secara efisien, serta menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan (Dina, 2024). Makanan diproses dengan menggunakan energi seperti listrik, air, maupun bahan bakar. Sehingga ketika makanan terbuang atau menjadi sampah, energi yang digunakan dalam mengolahnya juga akan dibuang ke lingkungan (Sampepanjung dkk., 2023) Sampah makanan yang dihasilkan setiap harinya dapat memproduksi gas metana. Dimana gas metana ini menjadi salah satu gas yang berkontribusi sebagai penyebab pemanasan global dan naiknya suhu Bumi. Secara tidak langsung juga akan menyebabkan perubahan iklim (Hermanu, 2022).


Selain itu, rantai produksi makanan dan timbulan limbah termasuk contributor terbesar dalam menghasilkan jejak karbon makanan. Rantai makanan juga berkaitan dengan sektor pertanian yang juga menjadi penghasil jejak karbon. Sehingga dari awal di sektor pertanian hingga diolah menjadi makanan, akan menghasilkan jejak karbon. Bahan makanan juga dihasilkan dari peternakan, dimana ternak akan menghasilkan oksida nitrat dan juga melepaskan metana ke alam. Kemudian, mesin atau alat yang digunakan di berbagai sektor untuk mengolah makanan juga mampu menghasilkan karbon (Eludoyin, 2015). Jejak karbon yang sangat banyak akan terakumulasi di alam dan sangat berkaitan erat dengan fenomena pemanasan global maupun peruahan iklim.


Food waste tidak hanya menyebabkan permasalahan di lingkungan tapi juga membawa dampak pada bidang sosial dan ekonomi di masyarakat. Dalam bidang sosial masyarakat, status sosial yang awalnya rendah kemudian membaik cenderung memiliki kebiasaan untuk membuang atau menghambur-hamburkan makanan sedangkan bagi masyarakat dalam status sosial lebih tinggi lebih menghargai dan enggan untuk memboroskan makanan (Piras et al., 2021). Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi masyarakat dalam situasi krisis pangan karena kekeringan, bencana, dan peperangan. Hal tersebut menjadi paradoks di masyarakat saat ini dimana bertambahan dan permintaan jumlah makanan yang meningkat di area perkotaan lebih sering terhebuang sia – sia, sedangkan di belahan dunia lain terdapat masyarakat yang malnutrisi dan kelaparan (Handoyo dan Asri, 2023). Edukasi dan promosi untuk merubah food waste menjadi food security kepada masyarakat diperlukan untuk merubah kebiasaan makan yang terlalu berlebihan (Sarangi et al., 2024).


Selain memberikan dampak pada lingkup sosial di masyarakat, food waste juga memberikan dampak pada bidang ekonomi. Berdasarkan Todd and Klingbeil (2024), food waste menyebabkan peningkatan masalah perekonomian utamanya pada tingkat retail yang disebabkan oleh tingginya biaya operasional dari kegiatan tersebut dan rendahnya margin produk makanan. Selain itu, dalam skala nasional food waste juga dapat memberikan dampak negatif pada pertumbuhan suatu negara jika tidak diatur dengan regulasi yang tepat (Jayadevan, 2022). Salah satu cara untuk meminimalisir dampak negatif dari food waste adalah dengan konsep ekonomi sirkular yang dapat memaksimalkan setiap bahan baku secara efisien (Waluyo dan Kharisma, 2023). Dengan pengaturan dan manajemen yang baik, food waste bisa juga memberikan dampak yang baik bagi masyarakat, lingkungan, dan perekonomian.


Perilaku masyarakat di Indonesia sering kali menjadi penyebab utama meningkatnya komposisi dan volume limbah makanan. Ditambah lagi, perilaku dan gaya hidup tersebut tidak dibarengi dengan upaya pengelolaan sampah makanan yang baik. Pentingnya kesadaran dari setiap perilaku masyarakat menjadi kunci utama untuk dapat mengurangi food waste. Selain itu, pemahaman yang baik tentang tata cara mengelola sampah yang tepat dapat membantu menurunkan limbah makanan yang dihasilkan setiap hari secara efisien. Sehingga langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran (awareness) dari setiap masyarakat melalui sebuah edukasi mengenai pentingnya mengelola limbah makanan yang dihasilkan. Setelah terciptanya awareness maka dapat dilanjutkan dengan turut berkontribusi untuk menjadi pioneer anti food waste dan berusaha untuk menyuarakan kepada khalayak agar semakin banyak yang tidak melakukan food waste.

Penulis: Lutfiah Rahmadini


DAFTAR PUSTAKA


  1. Asri, N. P., & Handoyo, M. A. (2024). Kajian Tentang Food Loss dan Food Waste: Kondisi, Dampak, dan Solusinya. Journal of Food Technology and Agroindustry, 6(2), 82-89.
  2. Badan Pangan Nasional. (2023). NFA Dukung Sinergi K/L Terkait Tata Kelola Sampah Makanan Melalui Gerakan Selamatkan Pangan. https://badanpangan.go.id/blog/post/nfa-dukung-sinergi-kl-terkait-tata-kelola-sampah-makanan-melalui-gerakan-selamatkan-pangan. Diakses pada 22 Juni 2025 pukul 19.33 WIB.
  3. CM, J. (2022). Impacts of food wastage on economic growth. World Food Policy, 8(1), 118-125.
  4. Dina, R. A. (2024). Strategi Pencegahan Food Waste di Indonesia. Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika, 6(4), 1069-1076.
  5. Eludoyin, O. M. (2015). The challenge of reducing food carbon footprint in a developing country. Journal of Climatology & Weather Forecasting, 3(1), 1-5.
  6. Fernandez, Y. B., Ardiatma, D., & Ilyas, N. (2024). Carbon Footprint Analysis of Food Waste from Restaurants In Bogor City. Jurnal Info Sains: Informatika dan Sains, 14(02), 187-202.
  7. Handoyo, M. A. P., & Asri, N. P. (2023). Study on Food Loss and Food Waste: Conditions, Impact and Solutions. AGRITEPA: Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pertanian, 10(2), 247-258.
  8. Hermanu, B. (2022). Pengelolaan limbah makanan (food waste) berwawasan lingkungan environmentally friendly food waste management. Jurnal Agrifoodtech, 1(1), 1-11.
  9. KLHK. (2024). Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN). https://sipsn.kemenlh.go.id/sipsn/public/data/komposisi. Diakses pada 22 Juni 2025 pukul 19.17 WIB.
  10. Nizmi, Y. E., Olivia, Y., Retnaningsih, U. O., Meilani, N. L., & Jesscia, A. (2022). Food Waste dan Tantangan Keberlanjutan Konsumsi dan Produksi Pangan dalam Kerangka ASEAN Socio Cultural Community Blueprint 2025. Journal of Diplomacy and International Studies, 5(02), 43-55.
  11. Piras, S., Pancotto, F., Righi, S., Vittuari, M., & Setti, M. (2021). Community social capital and status: The social dilemma of food waste. Ecological Economics, 183, 106954.
  12. Sampepajung, D. C., Rifai, M., & Afifah, N. (2023). Analisis Carbon Footprint Pada Umkm Makanan dan Minuman Melalui Integrasi Lean dan Green Waste Production. JBMI (Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Informatika), 19(3), 223-255.
  13. Sarangi, P. K., Pal, P., Singh, A. K., Sahoo, U. K., & Prus, P. (2024). Food waste to food security: Transition from bioresources to sustainability. Resources, 13(12), 164.
  14. Suryana, E. A., Effendi, M. W., & Luna, P. (2023, December). Tantangan Dan Strategi Kebijakan Pengurangan Limbah Pangan Di Indonesia. In Forum Penelitian Agro Ekonomi (Vol. 41, No. 1, pp. 1-14).
  15. Todd, E. C. D., & Faour-Klingbeil, D. (2024). Impact of Food Waste on Society, Specifically at Retail and Foodservice Levels in Developed and Developing Countries. Foods, 13(13), 2098.
  16. United Nations Environment Programme (UNEP). (2024). Food Waste Index Report 2024. Think Eat Save: Tracking Progress to Halve Global Food Waste. Nairobi. https://www.unep.org/resources/publication/food-waste-index-report-2024.
  17. Waluyo, & Kharisma, D. B. (2023). Circular Economy and Food Waste Problems in Indonesia: Lessons From The Policies of Leading Countries. Cogent Social Sciences, 9(1), 2202938.
  18. Zuhra, A., & Angkasari, W. (2023). Pengaturan Hukum Internasional Terhadap Limbah Makanan dan Dinamikanya di Indonesia. Uti Possidetis: Journal of International Law, 4(3), 340-374.